Kamis, 20 November 2014

Seorang Pemuda Melamar Pekerjaan



Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir. Direktur mengetahui bahwa dari CVnya, si pemuda memiliki akademik yang baik.
Kemudian direktur bertanya, "Apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah?".
Si pemuda menjawab, "Tidak".
Direktur bertanya, "Apakah ayahmu yang membayar uang sekolah?".
Si pemuda menjawab, "Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya".
Direktur bertanya, "Dimana ibumu bekerja?".
Si pemuda menjawab, "Ibu saya bekerja sebagai tukang cuci".
Kemudian direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yang lembut dan halus.
Kemudian direktur bertanya, "Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju?".
Si pemuda menjawab, "Tidak pernah, ibu saya selalu meminta saya untuk banyak belajar dan banyak membaca buku".
Direktur mengatakan pada si pemuda, "Aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari".
Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran dansenang, tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya pada anaknya. Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Air matanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka. Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih pada saat dia menyentuhnya.
Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yang setiap hari mencuci baju agar dirinya bisa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yang harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya. Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam - diam mencuci semua pakaian yang tersisa untuk ibunya.
Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar. Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur. Direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda.
Kemudian direktur bertanya, "Dapatkah kamu ceritakan apa yang kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu?".
Pemuda menjawab, "Saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya".

"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi. Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga" sahut pemuda itu.
Direktur menjawab, "Inilah yang saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorang yang dapat mengapresiasi bantuan dari orang lain, seseorang yang mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yang tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya. Kamu diterima".


Seorang anak yang selalu dilindungi dan dibiasakan diberikan apapun yang mereka inginkan akan mengembangkan mental "ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas. Dia akan tidak peduli dengan jerih payah orang tuanya. Dalam mendidik anak yang terpenting adalah anak - anak supaya mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman dalam mengalami kesulitan, dan belajar kemampuan untuk bekerja dengan orang lain agar segala sesuatu terselesaikan.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar